“Ciyus?? Miapa?” yang terlontar dari bibir anak berusia 8 tahun.
Sebagai seorang calon pendidik, harusnya menjadi cerminan bagi anak didiknya. Namun, apa yang terjadi ketika orangtua yang seharusnya menjadi cerminan utama dan pertama bagi anak-anaknya malah berprilaku kurang peduli terhadap perkembangan perilaku anak. Hal ini patut menjadi acuan agar orangtua senantiasa mengawasi perilaku perkembangan anak, baik dalam segi tingkah laku maupun berbahasa.
Melihat fakta yang berkembang dalam masyarakat, banyak sekali bahasa-bahasa yang mengandung unsur singkatan yang berlebih-lebihan serta tidak ada kaitannya dengan EYD. Bahkan sekarang, anak SD lebih banyak menggunakan bahasa yang dianggapnya gaul dan mengikuti perkembangan jaman lebih modern daripada bahasa yang semestinya diucapkan oleh kebanyakan siswa SD.
“ih kepo banget deh ibu.” Woww keluar dari mulut seorang siswi anak kelas 5 didaerah tempat tinggal saya ketika saya melakukan observasi disalah satu SD favorit tersebut. Tersentak kaget dan miris. “kok bisa yah, anak kelas 5 yang harusnya sudah tau tata krama dan sopan serta santun ketika berkomunikasi dengan gurunya, malah berbalik mengucapkan kata-kata yang tak lazim diucapkan.”
Semestinya kita sebagai calon pendidik harus senantiasa memberikan contoh bagaimana cara berkomunikasi yang baik dengan teman sebaya ataupun dengan orang yang lebih dewasa dengan kita. Dalam hal ini, peran orangtua-pun sangat membantu, orang tua harus senantiasa mengamati perkembangan bahasa anak, lewat pergaulannya atau lewat media sosial yang digunakan/dilihat/didengarkan anak, tetapi mengamati dan mengawasi bukan berarti harus memproteksi diri anak terhadap perkembangan-perkembangan jaman yang cepat sekali berubah.
Sebagai seorang calon pendidik, harusnya menjadi cerminan bagi anak didiknya. Namun, apa yang terjadi ketika orangtua yang seharusnya menjadi cerminan utama dan pertama bagi anak-anaknya malah berprilaku kurang peduli terhadap perkembangan perilaku anak. Hal ini patut menjadi acuan agar orangtua senantiasa mengawasi perilaku perkembangan anak, baik dalam segi tingkah laku maupun berbahasa.
Melihat fakta yang berkembang dalam masyarakat, banyak sekali bahasa-bahasa yang mengandung unsur singkatan yang berlebih-lebihan serta tidak ada kaitannya dengan EYD. Bahkan sekarang, anak SD lebih banyak menggunakan bahasa yang dianggapnya gaul dan mengikuti perkembangan jaman lebih modern daripada bahasa yang semestinya diucapkan oleh kebanyakan siswa SD.
“ih kepo banget deh ibu.” Woww keluar dari mulut seorang siswi anak kelas 5 didaerah tempat tinggal saya ketika saya melakukan observasi disalah satu SD favorit tersebut. Tersentak kaget dan miris. “kok bisa yah, anak kelas 5 yang harusnya sudah tau tata krama dan sopan serta santun ketika berkomunikasi dengan gurunya, malah berbalik mengucapkan kata-kata yang tak lazim diucapkan.”
Semestinya kita sebagai calon pendidik harus senantiasa memberikan contoh bagaimana cara berkomunikasi yang baik dengan teman sebaya ataupun dengan orang yang lebih dewasa dengan kita. Dalam hal ini, peran orangtua-pun sangat membantu, orang tua harus senantiasa mengamati perkembangan bahasa anak, lewat pergaulannya atau lewat media sosial yang digunakan/dilihat/didengarkan anak, tetapi mengamati dan mengawasi bukan berarti harus memproteksi diri anak terhadap perkembangan-perkembangan jaman yang cepat sekali berubah.
Dipublikasikan Oleh : HMJ Biologi UNP
Terimakasih telah membaca artikel tentang Generasi Ciyus: Patut Ditiru Atau.... Oleh Admin, Anda diperbolehkan mengcopy-paste atau menyebar-luaskan artikel ini, namun jangan lupa untuk meletakkan link dibawah ini sebagai sumbernya :
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !