Tanggal 20 Mei di era sekarang seharusnya tidak lagi diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional, melainkan Hari Kesadaran Nasional. Sekarang
ini, spirit kebangkitan nasional sudah tidak pas. Bangkit itu bermakna
“bangun lalu berdiri”. Bangkit dari apa? Bangkit untuk apa? Makna
kebangkitan nasional adalah perihal
bangkitnya seluruh rakyat Indonesia sebagai satu kesatuan bangsa
melawan dan mengusir penjajah melalui berbagai cara. Jadi, makna
kebangkitan secara harfiah sudah tidak relevan lagi.
Hari
ini, kebangkitan nasional lebih baik diganti menjadi “kesadaran
nasional” Ya, 20 Mei diperingati sebagai Hari Kesadaran Nasional. Kesadaran
nasional lebih powerfull dan bisa memotivasi setiap orang Indonesia
untuk menyadari apa yang telah dilakukannya dan bagaimana ke depannya?
Kata “sadar” bermakna insaf; merasa; tahu dan mengerti )kata sifat) atau
ingat kembali (kata kerja). Jadi, hari kesadaran nasional dapat menjadi
momentum bagi bangsa Indonesia dan rakyatnya untuk menyadari,
menginsafi, atau memahami keadaan.
Mengapa
kita membutuhkan hari kesadaran nasional? Karena sebagai bangsa, saat
ini kita tengah dirundung berbagai masalah yang sedikit banyak dapat
mencederai jati diri bangsa Indonesia. Kesadaran nasional berangkat dari
keprihatinan kita terhadap masalah dan fenomena yang terjadi di
Indonesai. Sebut saja, soal korupsi sapi impor yang menyereta salah satu partai, belum lagi korupsi kitab
suci, hingga carut-marut pelakssanaan Ujian Nasional (UN), termasuk
masalah-masalah sosial yang makin menggerus keprihatinan kita bersama.
Seberapa kita sadar hari ini akan masalah ideologi yang terusik, politik
yang serakah, ekonomi yang tak berpihak, sosial yang terpecah-belah,
budaya yang terancam, pendidikan yang dikebiri,. hukum yang tidak adil,
lingkungan yang terkontaminasi, alam yang tergerus, hingga jiwa-jiwa
yang semakin sepi ? Sungguh kita butuh kesadaran nasional.
Kesadaran nasional
pantas menjadi isu penting bagi bangsa Indonesia hari ini. Dengan
kesadaran nasional, kita diingatkan untuk melakukan refleksi diri
terhadap perilaku, aturan, dan kebijakan masa lalu yang barangkali
salah. Kesadaran nasional penting meredam nafsu pribadi, emosi,
kepentingan pribadi atau kelompok yang hampir tidak mengenal batas lagi.
Kita sadar, maka kita merasa dan menyadarinya, menginsafi, dan mau
mengerti keadaan diri, orang lain, dan bangsa Indonesia. Sadar terhadap
keadaan yang sebenarnya, objektif, dan berpihak pada realitas kehidupan.
Sungguh, hari ini, kita membutuhkan kesadaran
yang tinggi dalam memahami realitas dan menentukan cara bertindak,
bersikap terhadap realitas. Kita butuh kesadaran dalam diri, kesadaran
terhadap sesama, terhadap masa silam, dan kesadaran masa depan.
Tanpa
kesadaran nasional, suatu saat nanti, orang Indonesia akan berada pada
titik kesendiriannya, menikmatik keterpisahannya, dan akhirnya bangga
akan kelemahannya. Kesadaran bukanlah keadaan yang pasif melainkan suatu
proses aktif untuk mengerti keadaan hari ini kepada keadaan esok.
Kesadaran nasional pada akhirnya akan mengarahkan kita untuk menjalani
kehidupan dengan mantap dalam koridor yang benar. Kesadaran pula menjadi
ekspresi keberanian untuk berubah pada saat melakukan kesalahan.
Kesadaran nasional itulah yang diperlukan bangsa Indonesia hari ini.
Tanpa
mengurangi arti penting sejarah bangsa Indonesia, makna kebangkitan
nasional yang menjadi titik awal bangkitnya rasa dan semangat persatuan
dan kesatuan atau nasionalisme di masa lalu telah terkontaminasi,
terdistori. Sejarah menjadi terlalu kamflastis hanya untuk dikenang. Bangsa kita telah kelebihan rasa dan semangat nasionalisme. Dan kini, kita sedang berangkat menuju ke egosime individual.
Jadi,
Hari Kebangkitan Nasional sebaiknya kita ganti menjadi Hari Kesadaran
Nasional. Satu momentum untuk merasakan, memahami keadaan kita hari ini
untuk lebih baik di masa depan. Selamat Hari Kesadaran Nasional, 20 Mei 2013 .. Bukan Harkitnas tapi Harsadnas !!
Dipublikasikan Oleh : HMJ Biologi UNP
Terimakasih telah membaca artikel tentang Kesadaran Nasional, Bukan Kebangkitan Nasional Oleh Admin, Anda diperbolehkan mengcopy-paste atau menyebar-luaskan artikel ini, namun jangan lupa untuk meletakkan link dibawah ini sebagai sumbernya :
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !