Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (TQS. al-Baqarah [2]: 214)
Segala Puji Bagi Allah yang
telah memberikan kita kelimpahan dan kecukupan rezeki, meski itu sering
dikeluhkan olah manusia. Salawat teriring salam semoga selalu tercurah
limpahkan kepada junjungan mulia, Nabi Muhammad SAW. Kepada keluarga,
sahabat, serta seluruh pengikut beliau yang senantiasa menapaki jejaknya
hingga yaumil akhir nanti. Amin.
Kehidupan adalah jalan lurus
yang terhampar padanya duri-duri tajam lagi menyiksa. Pun yang terhias
pernak-pernik kesenangan dan kemudahan yang melenakan. Juga segala olah
rasa yang sering membuat raga tak kuasa menahan semua beban hidup yang
ada, sehingga banyak manusia berusaha menghilangkan nyawanya. Serta
butir-butir hikmah yang sejuknya terasa hingga jiwa, yang hanya bisa
dirasakan oleh mereka yang selalu ingin mendekatkan dirinya dengan Sang
Pemilik hikmah.
Adalah keindahan yang sempurna
semua kejenuhan rutinitas yang ada, di mana manusia akan bisa belajar
mewarnai monotonnya hari yang selalu dia lalui. Dengan begitu, kita
secara tidak langsung diajarkan untuk ikut berlelah diri dalam mengisi
umur yang telah diberi. Agar manisnya terkesan berarti, juga menyejarah
hingga tua nanti. Dengan semua kepayahan yang kita usahakan, Allah tidak
akan mendiamkan begitu saja. Allah pasti akan membalas dengan balasan
yang terindah di setiap saatnya.
Karena kita makhluk sempurna,
pasti akan selalu ada aral melintang yang menjadi penghalang. Di setiap
nafas asa yang membara dalam dada, dikala bencana duka yang menyayat
hati, pun masa ketika kita mencoba berusaha berbaik laku dan sangka pada
alam sekitarnya. Itulah ujian keimanan yang kan mendewasakan batin dan
pikiran kita. Dan sebaik-baik penangkalnya adalah kesabaran. Dari semua,
suka duka, hinaan gunjingan, tekanan aturan juga kebutuhan hidup
harian.
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan,“Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji`ûn” Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (TQS. al-Baqarah [2]: 155-157)
Salah satu kesabaran seorang anak menusia adalah
ketegaran dari perlakuan dzalim yang dia terima. Ketika kehidupan
bermasyarakat sudah mensyaratkan kasta-kasta, lalu ego manusiawi turut
meramaikan pergolakan hati. Antara ambisi pribadi dan panggilan nurani
yang ingin selalu memberi. Pun saat dunia kerja tak lagi mampu
dipercaya. Kemudian tercipta kesenjangan antar golongan, pemimpin dengan
bawahan, yang kaya dengan yang kurang berada.
Namun Allah Yang Esa, selalu mendampingi di tiap
jerit pinta seorang hamba yang yakin sepenuh jiwa bahwa DIA pasti akan
terus mengupayakan yang paling baik diantara yang terbaik yang manusia
itu usahakan untuk dirinya.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum kaum itu sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka” (TQS. Ar-Ra’d [13]: 11).
Keberhasilan hidup Anda sepenuhnya ada dalam tanggung-jawab Anda.
Janganlah lagi menunggu dibuat berhasil, dan jangan ijinkan orang lain memperlambat keberhasilan Anda.
Kehidupan ini adalah kehidupan Anda. Maka keberhasilannya adalah keputusan penuh Anda!
Katakanlah, say it!
I am the boss of my life!
(Mario Teguh)
Seberat dan sebesar
apapun kesusahan yang kita terima, baik itu di keluarga, masyarakat, pun
tempat bekerja ketika pemimpin tak kuasa beri ruang pada tangga
keberhasilan kita. Pasti selalu ada hikmah di dalamnya. Dan kala
tuntutan hidup semakin tumbuh seiring perekonomian yang carut marut.
Sebuah pesan indah pertarungan megah yang kan menghantarkan kita pada
tepian samudera ketegaran. Saat itulah mungkin makna kesabaran kan
terasa lezatnya.
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”. (TQS. az-Zumar [39]:10)
Kesabaran yang tersandar pada kuatnya keyakinan pada Sang Maha Kuat, akan mampu melahirkan keberanian bersikap. Bukan berbuah pasrah yang rela tertindas
dalam penguasaan orang lain. Namun terlebih pada penunjukan prinsip
diri yang kokoh, yang tak mudah gentar hanya dengan gertakan duniawi
semata.
“Dan berapa banyaknya nabi
yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya)
yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar”. (TQS. Ali-Imran [3]:146)
Kesabaran bagaikan kayu bakar yang kan mampu
membarakan semangat juang setiap insan. Namun kita masih memerlukan api
penyulutnya, agar benar-benar bisa merasakan hangatnya kekuatan untuk
melawan segala fitnah yang kan menghadang. Dan sebaik-baik api penyulut
kesabaran adalah shalat. Karena mereka selalu disejajarkan sebagai
senjata ampuh melawan kedzaliman.
“Jadikanlah sabar dan shalat
sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat,
kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang
meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan
kembali kepada-Nya.” (TQS. al-Baqarah [2]: 45-46)
“Dan perintahkanlah keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu
dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang
memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang
yang bertakwa.” (TQS. Thaahaa [20]: 132)
Kesabaran manusia hanya akan berbuah kekecewaan
bila tidak diikat dengan shalat. Karena shalat bukan hanya sebuah ritual
semata, bukan pula penggugur kewajiban belaka. Shalat adalah bukti
ketundukan dan kepatuhan kita pada Allah SWT, Pemilik segala kemudahan.
Dan jangan sampai kita menjadi makhluk durhaka yang mengabaikan Tuhannya
setelah DIA Yang Esa Memberikan semua nikmat-nikmat-Nya pada kita.
“Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah).” (TQS. al-Maa’idah [5]: 55)
Sejarah pun mencatat perintah sabar dan shalat, yaitu ketika Lukman menasehati anaknya yang terabadikan dalam Al-Qur’an;
“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (TQS. Lukman [31]: 17)
Mutiara itu adalah kesabaran yang tersimpan di
kedalaman lautan, dan penjaga agar kemilaunya tak pernah redup adalah
shalat yang menutupinya bagaikan cangkang yang kokoh. Dan keduanya
adalah permata yang amat berharga. Seperti itulah kiranya makna
kesabaran yang terwarnai dengan konsistensi shalat yang harus kita
miliki, teramat dalam menghujam hati sehingga tercipta sebagai identitas
pribadi.
Mari kita belajar lebih memaknai kesabaran, agar
hari-hari esok yang kan menantang bukan lagi jadi hambatan yang terlalu
berarti.
“Sesungguhnya telah datang dari Tuhanmu bukti-bukti yang terang; maka barangsiapa melihat (kebenaran itu), maka (manfaatnya) bagi dirinya sendiri; dan barangsiapa buta (tidak melihat kebenaran itu), maka kemudharatannya kembali kepadanya. Dan aku (Muhammad) sekali-kali bukanlah pemelihara(mu).” (TQS. al-An’aam [6]: 104)
Dipublikasikan Oleh : HMJ Biologi UNP
Terimakasih telah membaca artikel tentang Mari Belajar Memaknai Kesabaran Oleh Admin, Anda diperbolehkan mengcopy-paste atau menyebar-luaskan artikel ini, namun jangan lupa untuk meletakkan link dibawah ini sebagai sumbernya :
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !